USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Hari Studi Dosen USD: “Peran Perguruan Tinggi dalam Menyelamatkan Kebudayaan Nasional Indonesia

diupdate: 5 tahun yang lalu



Sekretariat Mission and Identitiy Universitas Sanata Dharma (USD) menyelenggarakan kegiatan Hari Studi Dosen pada hari Senin (15/7) di Ruang Drost Kampus III USD Paingan. Kegiatan ini mengangkat tema “Peran Perguruan Tinggi dalam Menyelamatkkan Kebudayaan Nasional Indonesia”. Hari Studi Dosen merupakan acara rutin yang diselenggarakan setelah berakhirnya masa Ujian Akhir Semester (UAS). Peserta dari kegiatan ini merupakan seluruh dosen USD, yang pada kesempatan ini diikuti oleh 320 dosen. Jumlah ini belum termasuk dengan beberapa dosen yang sedang studi lanjut.

Kegiatan Hari Studi Dosen tersebut juga masuk ke dalam rangkaian acara dalam rangka memeriahkan Dies Natalis USD yang ke-64 tahun. Sesuai dengan tema yang diangkat, yakni tentang kebudayaan, angka 64 sendiri memiliki posisi yang cukup sakral dalam kebudayaan Jawa karena dikenal dengan istilah Tumbuk Ageng (perayaan delapan kali delapan tahun). Tema yang diangkat kemudian juga menjadi menarik jika dikaitkan dengan beberapa peristiwa penting yang terjadi di Indonesia selama memasuki tahun politik di 2019 ini. Lewat tema yang dipilih USD secara langsung telah menentukan sikap kepedulian bagi bangsa Indonesia sesuai dengan porsinya sebagai Civitas Akademika untuk tetap mempertahankan dan menjaga kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia di tengah perkembangan aliran-aliran yang justru akan memperlemah kebudayaan Indonesia.

Setelah rangkaian pembukaan acara, Bapak Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor USD menyampaikan sambutan. Bapak Eka, begitu sapaan akrab beliau, menghaturkan rasa syukurnya karena hari studi dosen kali ini dapat dihadiri oleh Prof. Dr. Komarudin Hidayat dan Ibu Monica Eviandaru Madyaniningrum, Ph.D. sebagai narasumber. Prof. Komarudin merupakan Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia, juga anggota aktif Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Sedangkan Ibu Monica merupakan dosen Psikologi USD. Dalam sambutannya Pak Eka menyampaikan beberapa gagasan mengenai definisi kebudayaan dalam berbagai prespektif berdasarkan pengertian yang beliau dapatkan dari buku ”Teori-teori Kebudayaan” yang disunting oleh Romo Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto. Pak Eka menyebutkan bahwa budaya adalah keseluruhan cara hidup, berkegiatan, keyakinan-keyakinan, dan adat kebiasaan masyarakat. “Menggunakan pengertian ini saya meyakini bahwa hal yang akan kita gulati bersama bukanlah perkara sederhana, misalnya yang terkait dengan produk kebudayaan seperti teknologi dan karya seni, tetapi menyangkut hal yang sangat mendasar yakni tentang jati diri, kerinduan terdalam, serta nilai-nilai hidup yang mempengaruhi kita sebagai bangsa (untuk) menata kehidupan bersama seraya memperjuangkan kehidupan yang lebih baik bagi kita dan generasi mendatang.” terang Pak Eka. Beliau menyebutkan pula bahwa mempertahankan jati diri, kerinduan terdalam, serta nilai-nilai hidup sebuah masyarakat haruslah berangkat dari kesadaran terdalam pula bahwa hal ini hidup bukan dalam kurun waktu yang pendek tetapi merupakan buah interaksi dari berbagai kekuatan, keadaan lingkungan serta keyakinan yang berlangsung dari generasi ke generasi.

Hal-hal yang diuraikan oleh Pak Eka sangatlah sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi jati diri USD yakni, cerdas dan humanis. Sebagai lembaga pendidikan, USD menanamkan kedua nilai tersebut bagi mahasiswa melalui niali-nilai yang diberikan oleh para dosen. Kedua hal yang harus seimbang bagi Indonesia yang masih berjuang membangun sistem demokrasi dan ekonomi yang menyejahterakan. “Dalam konteks ini kita semakin menyadari ada persoalan besar dalam merawat dan mengembangkan kebudayaan nasional yang merupakan sintesa dari berbagai kebudayaan lokal.” sambung Pak Eka.

Usai sambutan dari Pak Eka, acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan oleh kedua narasumber yang diawali oleh Prof. Komarudin dan dilanjutkan oleh Ibu Monica. Dalam pemaparannya Prof. Komarudin menyampaikan tentang peran sebuah perguruan tinggi. Beliau mengungkapkan bahwa ada beberapa poin pertanyaan yang akan menjadi penjelas sebuah tujuan perguruan tinggi. Pertanyaan itu akan muncul masing-masing dari orangtua yang akan mendaftarkan anaknya ke sebuah kampus, dari para dosen yang mengajar di dalamnya, dan dari sisi sebuah Negara. Sudut pandang yang diberikan oleh Prof. Komarudin merupakan sudut pandang yang cukup luas karena secara langsung beliau mengutarakan beberapa nilai yang bisa ditawarkan oleh perguruan tinggi kepada mahasiswanya yang tentu akan berpengaruh bagi keberlangsungan Negara. Ketiganya menjadi unsur yang saling berkesinambungan. Prof. Komarudin pun tidak lupa menyebutkan bahwa keberlangsungan hidup manusia tidak akan lepas dari sebuah spiritualitas. Spiritualitas ini yang kemudian juga akan memegang kendali pada keberlangsungan nila-nilai kebudayaan dalam masyarakat. “Negara ini dapat berjalan dengan lancar jika kesinambungan dari lembaga pendidikan, kesejahteraan ekonomi, lembaga hukum, dan spiritualitas berjalan dengan baik. Hal-hal ini merupakan pilar penting sebuah Negara.” ungkap Prof. Komarudin.

Narasumber berikutnya yakni, Ibu Monica, yang secara singkat menjelaskan materi penilitiannya yang diperoleh dari pengalaman psikologisnya selama menjadi seorang dosen dalam beberapa tahun terakhir. Beliau menyebutkan bahwa polarisasi dan prasangka sosial dapat bepengaruh pada cara manusia memandang arti kehidupan yang kemudian akan mempengaruhi adat dan kebudayaan yang sudah berlangsung. Ia menerangkan bahwa perilaku yang menyimpang dari sebuah kebiasaan umum dapat memberikan sebuah nilai baru yang positif ataupun negatif. Prasangka sosial perlu untuk diteliti dan direfleksikan lebih mendalam sehingga tidak membawa dampak yang negatif. Singkatnya, sebuah kebudayaan muncul dari pengaruh psikologis masyarakat yang kemudian berkembang menjadi sebuah nilai yang dipercayai.

Materi yang disampaikan oleh kedua narasumber tersebut kemudian menjadi sebuah bahan refleksi bagi para dosen untuk melakukan sebuah diskusi. Para dosen yang hadir terbagi ke dalam 32 kelompok. Masing-masing kelompok berisi 10 orang dosen dari program studi yang berbeda-beda. Diskusi yang berlangsung juga sekaligus menjawab empat buah pertanyaan mengenai pemicu perkembangan radikalisme, puritanisme, atau eksklusifisme; kebijakan dan strategi yang sebaiknya dilakukan perguruan tinggi dalam mengatasi persoalan perkembangan budaya; kebijakan tridharma yang sesuai untuk menanggap persoalan budaya; kebijakan dan strategi yang relevan untuk diusulkan kepada pemerintah agar masalah kebudayaan dapat diatasi secara efektif. Keempat pertanyaan diskusi tersebut merupakan sebuah wujud konkret dari gerakan kepedulian yang cerdas dan humanis USD untuk turut berperan aktif dalam melestarikan kebudayaan nasional pasca perang ideologi politik, ekonomi, hokum, dan spiritualitas yang sempat berlangsung dan mengancam keutuhan kehidupan bermasyarakat di Indonesia.

Romo Eko Budi Santoso, S.J., Ph.D selaku Sekretaris Pelaksana Sekretariat Mission and Identitiy USD sekaligus sebagai penanggung jawab acara hari studi dosen memiliki harapan bahwa dengan diadakannya hari studi dosen kali ini: “Saya harap teman-teman dosen semakin menyadari panggilannya tidak hanya untuk mengajar ilmu atau sekedar transfer ilmu pengetahuan tetapi juga transfer value (membagikan nilai-nilai kemanusian dan kehidupan) dan (menyadarkan) pentingnya kebudayaan bagi para mahasiswa.” terang Romo Eko. Beliau dengan tegas menjunjung tinggi arti dan peran sebuah kebudayaan. “Karena kebudayaan itulah yang menjadi identitas yang menyelamatkan kita. Tidak hanya sekedar ilmu pengetahuan.” jelasnya. Romo Eko juga menekankan apa yang telah disampaikan Prof. Komarudin bahwa lembaga pendidikan memang sudah seharusnya menjadi lembaga yang menghidupi kebudayaan.

(GS & GFAN)

 --->> DOKUMENTASI VIDEO HARI STUDI DOSEN USD - 15 JULI 2019

  kembali