USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Cerita Claudius Hendra Agatama di Tanah Kalimantan Barat: Iron Man Tanpa Tanda Jasa

diupdate: 5 tahun yang lalu



Menjadi seorang guru bukan hanya sekadar profesi menyalurkan ilmu, namun pekerjaan yang penuh dengan cinta. Bekerja sebagai guru memang tidak mendapatkan banyak penghasilan, namun bentuk pengabdiannya menorehkan kesan yang tidak terlupakan sepanjang hidup. Bagaimanapun juga, hal itu tidak menurunkan angka peminat profesi guru di Indonesia. Kesempatan untuk mengajar dan mendidik anak bangsa saat ini semakin terbuka lebar apalagi di daerah-daerah pelosok.

Sebutan guru tanpa tanda jasa masih berlaku hingga saat ini. Sebutan ini layak diberikan untuk Claudius Hendra Agatama (29 tahun) seorang guru Matematika di SD Tunas Sejahtera Sungai Tawang, Empanang, Kalimantan Barat. Hendra, sapaan akrabnya, merupakan lulusan Universitas Sanata Dharma (USD) program studi Pendidikan Matematika tahun 2009. Semasa kuliah, Hendra sudah aktif bekerja di salah satu tempat bimbingan belajar ternama yaitu ‘KUMON’. Setelah kelulusannya, Hendra langsung mendapat pekerjaan sebagai seorang guru matematika di daerah Bangka.

Hendra yang juga tergabung dalam sebuah yayasan nirlaba bernama Yayasan Tunas Lestari Sejahtera kemudian dipindahkan ke daerah Kalimantan pada tahun 2013, menjadi Kepala Sekolah yang memegang 3 sekolah dengan tingkatan yang berbeda, di daerah terpencil dengan akses jalan yang sulit. “Untuk mengunjungi dari satu sekolah ke sekolah lain yang ada di sana butuh perjuangan.” ungkapnya. Yayasan Tunas Lestari Sejahtera merupakan yayasan yang bekerja sama dengan beberapa perusahaan kelapa sawit untuk membiayai sekolah bagi anak-anak yang berada di daerah terpencil. Karena alasan kekurangan guru, Hendra pun diminta untuk mengajar siswa-siswi sekolah dasar di SD Tunas Sejahtera Sungai Tawang.

Semangatnya mengajar tidak terhalangi oleh fasilitas maupun keadaan. Hendra yang berasal dari Yogyakarta pun tidak kesulitan untuk beradaptasi di daerah lainnya. Tidak dapat dipungkiri adanya hambatan yang dialami oleh Hendra selama mengajar di daerah. Hendra selalu melakukan pendekatan dengan warga sekitar agar keberadaannya dapat diterima dan berguna bagi warga sekitar. “Selama niatnya baik, pasti dikasihnya baik.” tuturnya.

Berbekal pengalaman studi yang diselaminya selama masa kuliah, Hendra menerapkan metode belajar di kelas dengan cara yang unik. Hendra yang sempat viral di media sosial ini mengenakan pakaian ikon superhero Iron Man selama mengajar di kelas. Tindakannya ini sangat mengejutkan para siswa yang notabene mayoritas para siswa tidak mengenal tokoh Iron Man karena hidup jauh dari hiburan kota. Meskipun hanya sedikit siswa yang menyadari ikon superhero Iron Man ini, hal ini tetap menarik perhatian seluruh siswa. Inovasi yang dilakukan Hendra ini mampu meningkatkan minat belajar siswa. Guru Matematika di SD Tunas Sejahtera Sungai Tawang ini mampu membuat siswa yang tadinya malas berangkat sekolah menjadi rajin berangkat karena keingintahuan mereka akan ikon superhero yang menjadi guru mereka ini. “Siswa yang tadinya malas berangkat ke sekolah karena jalanan licin jadi semangat berangkat saat mendengar cerita kawan-kawannya ada robot mengajar di sekolah.”, celotehnya melalui talkshow Hitam Putih Trans7 yang tayang secara live (04/04).

“Tujuan utama saya melakukan hal ini ya untuk meningkatkan semangat anak-anak. Selain itu, saya mencoba mengembangkan metode pembelajaran dan alat peraga untuk mengajar di kelas.” tutur Hendra kepada Deddy Corbuzier dalam sesi wawancara di talkshow Hitam Putih Trans7. Meski awalnya sempat ditentang sang istri karena harga pembuatan kostum superhero yang mahal, hal itu tidak menyurutkan niat Hendra untuk mengajar dengan memakai kostum pahlawan. Aksi Hendra ini akhirnya membuahkan hasil yang menakjubkan karena membuat para siswa senang belajar di kelas.

Kepedulian dan kecintaannya kepada para siswanyalah yang mendorong Hendra untuk menciptakan ide kreatif ini. “Bagi saya mengajar adalah panggilan, mau mengajar di kota atau di pelosok tidak masalah. Saat ini, Tuhan sedang mempercayakan saya mendidik di tempat yang licin.” ujar Hendra sambil mengingat masa awal dia ditempatkan bekerja. Hendra mengaku bahwa jiwa pengabdiannya ini ia dapatkan selama berkuliah di USD. USD memiliki banyak kegiatan positif yang dapat menggerakkan mahasiswa untuk mengabdi kepada sesama. Mulai dari Inisiasi Sanata Dharma (INSADHA) yang Hendra dapatkan saat masih menjadi mahasiswa baru, Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM), hingga program pengembangan diri mahasiswa lainnya. “Di USD, kita dibentuk untuk dapat ‘memanusiakan manusia’ seperti kata Prof. Driyarkara (pendiri USD). Karena bekal itulah, saya bisa memilih untuk bekerja di sini.” ungkap Hendra.

Hendra menyadari bahwa menjadi guru tidak hanya sekadar mengajar tetapi juga menghibur. Terinspirasi dari pengguna kostum cosplay, Hendra ingin menghibur anak-anak sekaligus melakukan tanggungjawabnya sebagai guru. Hendra mengajar dengan memakai kostum pahlawan Amerika ini secara berkala agar siswanya tidak bosan. Melihat efek baik yang makin meningkat bagi Hendra sendiri dan para siswanya, dia berpesan kepada guru-guru di seluruh Indonesia, “menjadi guru di tempat-tempat pelosok memang sangat terbatas namun jangan sampai kreatifitas kita untuk mendidik anak-anak juga terbatas. Mari sama-sama kita membangun generasi kita untuk menuju Indonesia yang lebih baik.” Hendra juga menekankan untuk selalu bekerja dengan ikhlas, karena nantinya Tuhan pasti akan membalas kebaikan manusia dengan berlipat-lipat kebaikan.

(J & SW)

  kembali