USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

PUSdEP dan IRB USD: Diskusi tentang Kuasa Media di Indonesia

diupdate: 5 tahun yang lalu



Pusat Sejarah dan Etika Politik (PUSdEP) dan Pogram Studi Ilmu Religi Budaya (IRB) Universitas Sanata Dharma (USD) mengadakan diskusi bulanan yaitu Diskusi dan Bedah Buku Kuasa Media di Indonesia: Kaum Oligarki, Warga dan Revolusi Digital dari Ross Tapsell (2017). Kegiatan seperti ini merupakan kegiatan bulanan yang diadakan oleh PUSeDEP maupun IRB dalam membedah suatu buku.

Suasana sore hari yang diiringi dengan guyuran hujan pada Rabu, 6 Maret 2019 jam 16.00-18.30 WIB diskusi bulanan ini berlangsung. Sebelum pukul 16.00 para peserta sudah berada di depan Ruang Palma, Kompleks Pascasarjana Kampus II USD. Di depan ruangan sudah tertata beberapa buku yang dijual, para peserta terlihat membeli dan membaca buku yang dijajarkan di depan ruangan tersebut.

Diskusi dimulai tepat waktu dibuka dengan sambutan moderator yaitu Febrian Adinata Hasibuan, M.Hum yang akrab disapa Mas Aan. Mas Aan meyampaikan tema yang akan didiskusikan yaitu “Menakar Kuasa Media Dalam Era Paska Kebenaran dan Kebangkitan Literasi Digital”. Pembicara pada acara ini yaitu Romo Benedictus Hari Juliawan , S.J., Ph.D. Staf Pengajar Magister IRB USD dan Dr. Novi Kurnia, M.A., M.Si. Staf Pengajar Departemen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM.

Bedah buku Tapsell ini akan membahas 2 hal penting yaitu apa dampak revolusi digital dalam produksi berita dan informasi, kemudian bagaimana perubahan media digital di Indonesia mempengaruhi kekuasaan. Salah satu studi kasus yang dibahas yaitu kasus Ahok yang menjadi paradoks kuatnya elite politik dengan munculnya aktor perubahan baru, selain itu Tapsell juga mewawancarai beberapa narasumber mulai pemimpin media hingga presiden dan wakil presiden.. Terdapat argumen di dalam buku yang mengatakan bahwa revolusi media menciptakan sistem media yang semakin oligarkis karena diuntungkan digitalisasi yang membuat peluang memperluas usaha semakin tinggi. Isi dari buku Tapsell ini adalah media digital tidak lahir dari ruang hampa tapi terkait dengna konteks historis pertumbuhan media di Indonesia. Solusi yang diharapkan yaitu masyarakat menggunakan media secara bertanggung jawab dan warga yang lebih berdaya.

Setelah sesi pemaparan dari pembicara, dilanjutkan dengan sesi tanya Salah satu pernyataan dari peserta bernama Atin yaitu “saya tidak melihat dan tidak menemukan tawaran atau upaya masyarakat dalam mengurangi media oligarkis ini.” tuturnya. Pernyataan ini pun ditanggapi dan dirangkum dari kedua pembicara ini yaitu revolusi digital membuat perubahan sangat banyak dan di samping itu membuat ruang menjadi sempit. Adanya konteks elite politik, konten media, adanya pembiaran regulasi yang fleksibel, walaupun paradoksnya ada rakyat yang dapat turut serta namun yang menang tetap peluang besar terbuka bagi mereka kaum elite.

(Y & VYA)

  kembali