Dua mahasiswi Universitas Sanata Dharma (USD) mengikuti ajang Asia World Model United Nations (AWMUN) II di Bangkok, Thailand. Fenny Lanti (Fenny), mahasiswa program studi Profesi Apoteker angkatan 36 dan Ika Rinika Sogalrey (Ika), mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2015, terdaftar sebagai peserta AWMUN II yang merepresentasikan USD dan Indonesia. AWMUN II berlangsung sejak tanggal 30 Januari 2019 – 2 Februari 2019, diikuti oleh 1326 peserta dan lebih dari 62 negara. Berawal dari keingintahuan dan ketertarikan tentang AWMUN dan beberapa council, serta mekanisme sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Fenny dan Ika mendaftarkan diri untuk mengikuti kegiatan ini.
AWMUN merupakan konferensi internasional yang menjadi sebuah wadah bagi mahasiswadi dunia dalam bertukar pikiran, memperluas wawasan, dan berkontribusi aktif dalam isu global. Kegiatan ini meliputi workshop baik teoretis maupun praktis,forum, konferensi, dan ajang pertunjukan kebudayaan dari masing-masing negaradelegasi. AWMUN II dibagi dalam 7 council, antara lain: World Health Organization (WHO); International Labor Organization (ILO); World Trade Organization (WTO); International Monetary Fund (IMF); United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO); United Nations High Commision for Refugees (UNHCR),dan International Organization for Migration (IOM).Setiap council mempunyai topik pembahasan yang berbeda-beda. Dalam hal ini, Fenny mewakili council WHO membahas topik “climate change and global effort on reducing the distribution of vector-borne diseases”. Sedangkan Ika mewakili council IOM.
Sekitar 1 bulan sebelum melakukan meeting session atau hari-H, peserta wajib membuat position paper. Position paper itu sendiri berisikan deskripsi mengenai stance peserta sebagai seorang delegasi yang sedang merepresentasikan suatu negara di PBB. Dalam hal ini, Fenny ditempatkan oleh panitia untuk mempresentasikan negara Federated State of Mironesia (FSM). Data yang digunakan dalam position paper sebagian besar di ambil dari website PBB dan organisasi di bawah PBB terkait lainnya seperti WHO maupun IOM. Fenny mengatakan, dalam forum WHO, para delegasi membahas vector-borne diseases yang disebabkan oleh climate change dengan mempresentasikan seberapa tingginya presentase vector-borne diseases dalam negaranya, peran apa saja yang sudah dilakukan oleh negaranya termasuk mendalami ekonomi dan kebijakan pemerintah dari negara tersebut. Dari hasil forum diskusi, delegasi akan membuat suatu draft resolution yang kemudian akan di-voting untuk menyetujui resolusi tersebut dan dapat diterapkan ke semua negara. Hasil dari resolusi ini tentu saja dapat menjadi masukkan bagi WHO untuk menangani isu vector-borne diseases yang masih menjadi masalah dunia.
AWMUN II dikemas seperti suasana sidang PBB dan sangat formal. Para delegasi diajarkan untuk dapat berbicara dengan baik, bernegosiasi, mempertahankan pendapat, serta beradu argumen. Menurut Fenny, ajang ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan best practice berdiplomasi dan meningkatkan kemampuan berkomunikasidi forum internasional, serta menambah wawasan mengenai isu-isu yang berkembang dalam dunia akademik skala internasional. Selain itu, peserta dituntut untuk dapat melakukan penelitian terkait isu isu yang lagi menjadi permasalahan di dunia untuk mendapatkan data-data yang bisa dipakai untuk membuat resolusi yang akan menjawab permasalahan pada topik yang sedang dibahas.
Fenny dan Ika memiliki rencana untuk memberikan sosialisasi tentang ajang AWMUN kepada adik tingkat mereka di fakultas masing-masing. Mereka berharap, AWMUN banyak diminati oleh mahasiswa USD lainnya dan bisa turut serta mengikuti ajang ini karena bisa lebih memahami sistem yang dapat diterapkan baik secara teknologi atau secara penanganan dan pencegahan permasalahan yang dapat diperani oleh mahasiswa. Hal ini tentu saja, sangat membantu untuk mendapatkan solusi yang tepat untuk mengatasi isu masalah yang ada.
(FL, J, SBS)