Universitas Sanata Dharma

Program Pasca Sarjana

Loading

BERITA KEGIATAN

Seminar ICW: Niat baik saja, tidak cukup..
S2 Ilmu Religi dan Budaya | 08 July 2013
Seminar ICW: Niat baik saja, tidak cukup.. :: Fakultas Pasca Sarjana USD Yogyakarta

“Tahun 2013 merupakan tahun korupsi”, sebuah plesetan yang diungkapkan oleh Dr. B. Hari Juliawan, S.J. (Rm. Benny) sebagai pembuka kegiatan seminar dan diskusi antikorupsi dengan tema “You and Me lawan korupsi”. Kegiatan seminar dan diskusi ini merupakan salah satu dari serangkain kegiatan antikorupsi yang terselenggara atas kerja sama antara Indonesian Corruption Watch (ICW) dan Program Magister Ilmu Religi dan Budaya (IRB), Universitas Sanata Dharma. Jumlah peserta yang hadir kurang lebih 70 orang. Pembicara seminar adalah Donal Haris dari Divisi Korupsi Politik ICW dan Dr. J. Haryatmoko, S.J. atau yang lebih akrab disapa Rm. Moko.

Donal Haris menyampaikan bahwa tahun bahwa 2013 menjadi tahun politik bagi elite partai politik dan elite publik. Pada tahun yang sama, ICW melakukan berbagai upaya untuk memperkecil potensi korupsi di partai politik, salah satunya yaitu dengan melakukan permintaan informasi keuangan partai politik. Menurut Donal, ada tiga kelompok persoalan besar berkaitan dengan korupsi di Indonesia. Pertama, masalah pendanaan partai politik yang dipandang sebagai akar persoalan korupsi politik. Dalam konteks internal partai, minimnya ketersediaan dana disinyalir sebagai pendorong elit partai politik mencari tambahan sumber dana dari luar partai. Kedua, lemahnya lembaga penegak hukum dalam pemberantasan korupsi politik. Ketiga, sistem birokrasi pemerintah didominasi oleh kekuasaan elite partai politik.

Terkait dengan persoalan korupsi politik yang dipaparkan oleh Donal, Rm. Moko menawarkan etika publik sebagai solusi dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Persoalan etika perlu dipahami secara lebih luas, tidak hanya berbicara mengenai aspek tindakan dan perilaku seseorang. Etika publik justru mengandung makna yang lebih luas, yakni aspek modalitas. Sarana modalitas terdiri dari akuntabilitas, transparansi dan netralitas. Menurut Rm. Moko, hal yang terpenting bukan hanya sebatas norma dan niat baik saja, tetapi yang juga bagaimana menjembatani niat baik tersebut untuk bisa sampai pada pelaksanaannya. Perlu ada sarana, fasilitas dan perubahan sistem untuk mendukung terwujudnya sebuah aksi.

Selanjutnya, Rm. Moko menjelaskan bahwa dalam kenyataannya sering kali kita tidak sadar bahwa sebuah tindakan korupsi yang dilakukan oleh pejabat politik berdampak buruk (merugikan) bagi diri kita. Korbannya seakan-akan anonim, tidak jelas siapa korbannya. Terkadang kita juga seperti manusia seri, yaitu orang yang tahu bahwa ada kekeliruan namun tidak berbuat apa-apa. Manusia seri hanya bisa mengubah situasi kalau dia mau mengorganisir dirinya sampai pada tindakan.

Diskusi menjadi lebih hangat dengan adanya pertanyaan-pertanyaan dari para peserta. Dr. St. Sunardi sebagai penanya pertama, mengkritisi praktik korupsi di lingkungan Departemen Pendidikan. Sebagai penanya kedua, Alam (mahasiswa UII) mencoba melihat peranan dan langkah yang dapat dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka pemberantasan korupsi di Indonesia. Armada (mahasiswa UGM) sebagai penanya ketiga, menganalisis lebih jauh akar persolan korupsi politik dengan mempertanyakan modus lain di balik praktik korupsi.

Sebagai penutup, Rm. Benny selaku moderator seminar mengajak kita agar selalu optimis dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Masih banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah, mengurangi dan memberantas korupsi. Oleh sebab itu, janganlah pesimis dan putus asa. Niat baik saja memang tidak cukup tetapi perlu didukung untuk sampai kepada aksi.**(Dwie,12-10)

lihat berita S2 Ilmu Religi dan Budaya lainnya>>
hal. 1  2  3  4  5  ...  9
Lokasi

Kampus II
Universitas Sanata Dharma,
Mrican, Catur Tunggal, Depok, Sleman,
Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 513301, 515352 Fax. (0274) 562383 - Telegram: SADHAR YOGYA ext. 1501

Jam Kerja